Do'a Berbuka Puasa yang Shahih (Sesuai Sunnah)

doa buka puasa manhaj salaf sesuai sunnah bukan bid'ah.


ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

"Dzahabadh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah."
"Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah)"
(HR. Abu Dawud, 2/306 no. 2357, an-Nasa’i dalam as-Sunan al-Kubra, 2/255, ad-Daruquthni, 2/185, al-Baihaqi, 4/239, dari hadits Ibnu ‘Umar dan dihasankan oleh asy-Syaikh al-Albani.)

Perlu diketahui bersama bahwa ketika berbuka puasa adalah salah satu waktu terkabulnya do’a.Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,



ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terdzolimi.” (HR. Tirmidzi no. 2526 dan Ibnu Hibban 16/396. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena ketika itu orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.
(Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7/194).

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berbuka puasa beliau membaca do’a berikut ini,



ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

"Dzahabadh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah."

"Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah)"
(HR. Abu Dawud, 2/306 no. 2357, an-Nasa’i dalam as-Sunan al-Kubra, 2/255, ad-Daruquthni, 2/185, al-Baihaqi, 4/239, dari hadits Ibnu ‘Umar dan dihasankan oleh asy-Syaikh al-Albani.)
[berita muslim sahih - salafy indonesia.]

Adapun do’a berbuka yang tersebar di tengah-tengah kaum muslimin yaitu,


اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku berbuka).”

Riwayat di atas dikeluarkan oleh Abu Daud dalam sunannya no. 2358, dari Mu’adz bin Zuhroh. Mu’adz adalah seorang tabi’in.
Sehingga hadits ini mursal (di atas tabi’in terputus).Hadits mursal merupakan hadits dho’if karena sebab sanad yang terputus.
Syaikh Al Albani pun berpendapat bahwasanya hadits ini dho’if.
(Lihat Irwaul Gholil, 4/38)

Hadits semacam ini juga dikeluarkan oleh Ath Thobroni dari Anas bin Malik.Namun sanadnya terdapat perawi dho’if yaitu Daud bin Az Zibriqon,dia adalah seorang perawi matruk (yang dituduh berdusta).Berarti dari riwayat ini juga dho’if.Syaikh Al Albani pun mengatakan riwayat ini dho’if.
(Lihat Irwaul Gholil, 4/37-38)

Di antara ulama yang mendho’ifkan hadits semacam ini adalah Ibnu Qoyyim Al Jauziyah.
(Lihat Zaadul Ma’ad, 2/45)



sumber:kaeshafiz.wordpress.com.
baca selengkapnya » Do'a Berbuka Puasa yang Shahih (Sesuai Sunnah)

Mutiara Ayat : Apakah Yang Memasukkan Kamu Ke Dalam Saqar (Neraka)?




مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ , قَالُوالَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ , وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ , وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ , وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ حَتَّى , أَتَانَا الْيَقِينُ


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:


Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)(NERAKA SAKAR PENT-)?”,Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat,dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin,dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya,dan adalah kami mendustakan hari pembalasan,hingga datang kepada kami kematian”.
baca selengkapnya » Mutiara Ayat : Apakah Yang Memasukkan Kamu Ke Dalam Saqar (Neraka)?

Dimana Saja Letak Mengangkat Tangan Ketika Takbir?



Dimana Sajakah Waktu dan Saat Kita Harus Mengangkat Tangan Ketika Takbir?



Bahwa mengangkat tangan ketika bertakbir adalah ada pada 4 (empat) tempat, yaitu:
Pertama, ketika Takbiratul Ihram
Kedua, ketika hendak ruku’
Ketiga, ketika bangkit/tegak dari ruku’
Keempat ketika bangkit untuk rakaat ketiga.

Yang pertama, kedua dan ketiga adalah berdasarkanhadis mutawatir dari Ibnu Umar:Artinya:

“Apabila Nabi saw akan mengerjakan salat, kedua tangannya diangkat sejajar bahu kemudian takbir. Apabila akan ruku’ juga mengangkat tangan seperti itu, demikian pula kalau bangkit dari ruku’ mengangkat kedua tangannya ...”


Adapun mengangkat tangan yang keempat (ketika bangkit untuk rakaat ketiga)adalah berdasarkan hadis dari Nafi’ dari Ibnu Umar ra:Artinya:

“Bahwasanya Ibnu Umar ketika berdiri dari rakaat kedua ia mengangkat tangannya dan ia merujuk kepada Nabi saw.”

[Hadis riwayat al-Bukhari,Abu Daud dan an-Nasa’i]

Yang dimaksud dengan bertakbir dan mengangkat tangan ketika berdiri untuk rakaat ketiga adalah dalam salat yang ada tahiyat awalnya,seperti salat Zuhur, Asar,Magrib dan Isya’.
[berita muslim sahih - salafy indonesia - ahlussunnah wal jama'ah]Adapun dalam salat empat rakaat khusus yang tidak memakai tahiyat awal,seperti dalam salat tahajud, salat lail, tidak ditemukan dasar hukumnya bahwa ketika berdiri untuk rakaat ketiga mengangkat tangan, melainkan hanya bertakbir saja.
Jelasnya,ketika berdiri untuk rakaat ketiga dalam salat tahajud yang tidak memakaitahiyat awal,sewaktu takbir tidak dengan mengangkat tangan.

Jadi,Bahwa mengangkat tangan ketika bertakbir adalah ada pada 4 (empat) tempat, yaitu:
Pertama, ketika Takbiratul Ihram
Kedua, ketika hendak ruku’
Ketiga, ketika bangkit/tegak dari ruku’
Keempat ketika bangkit untuk rakaat ketiga.

baca selengkapnya » Dimana Saja Letak Mengangkat Tangan Ketika Takbir?